Banjir, ya lagi-lagi banjir . . .

Banjir lagi banjir lagi, ya itulah berita yang lagi hangat-hangatnya di media belakangan ini. Setelah melalui musim kemarau yang sangat panjang, akhirnya Indonesia memasuki musim hujan, dimana hujan hampir setiap hari dan sangat deras. Bagi masyarakat di daerah yang lain mungkin ini merupakan suatu kebahagiaan karena tidak akan sulit lagi mencari air dan pertanian bisa tumbuh subur. Namun, dilain sisi masyarakat di daerah ibukota jakarta memiliki nasib yang berbeda. Musim hujan berdampak pada kebajiran hampir di semua wilayah di daerah DKI Jakarta. 

Memang, ini semacam musibah musiman yang terjadi di daerah ibukota ini karena hampir setiap tahun jakarta selalu terndam banjir ketika musim hujan tiba. Hal ini terjadi memang secara struktur wilayah Jakarta itu daratanya lebih rendah dari permukaan air laut dan diperparah oleh buruknya moral masyarakat yang sering membuang sampah di pelataran aliran sungai. Hal lain yang memanbah parah kebajiran di Jakarta adalah semakin pesatnya pembangunan gedung-gedung yang membuat kurangnya peresapan air dibawah tanah.

Sebenarnya, untuk menghilangkan musibah musiman ini sudah sangat sulit, akan tetapi kita dapat mengurangi atau mencegah musibah ini, yakni dengan cara:

1. Budaya malu buang sampah sembarangan
Kita harus membiasakan diri untuk malu membuang sampah sembarangan karena hal ini dapat mengurangi penumpukan sampah aliran sungai sehingga aliran sungai tidak terhambat oleh tumpukan sampah.


2. Saling Mengingatkan
Kita sebaiknya saling mengingatkan kepada keluarga, teman ataupun orang lain yang ingin membuang sampah sembaranga. Tapi dalam mengingatkan, kita harus berbicara dengan ramah dan memberikan penjelasan tentang dampak kedepannya.

3. Peka pada lingkungan
Kita juga harus peka pada lingkungan, yaitu dengan cara memungut atau membersihkan sampah yang ada dihadapan kita lalu membuangnya ke tempat sampah yang tersedia.

Demikian beberapi tips yang ada dipikiran saya, karena hal inilah yang mungkin sangat realistis dilakukan. Sebab saya percaya, suatu tindakan baik tidajk akan pernah ada yang sia-sia.

Tino Karno

Ya, itulah nama asli gua. Terkadang gua bingung harus bangga atau malu punya nama ini padahal gua keturunan batak tulen tapi nama gua betawi punya. Dan setiap gua bertemu dengan orang baru pasti mereka heran sejenak dengan nama gua. Apalagi kalo masuk ajaran baru atau semester baru,    pasti guru atau dosen diam sejenak atau heran pas mau manggil nama gua. Mereka kadang nanya, kamu kakaknya Rano Karno ya? kamu Tino Sidin pelukis itu yah? Dan bahkan ada yang nanya Tino Karno bukannya udah meninggal??. Nama ini memang cukup familiar karena mirip dengan salah satu artis film Indonesia yang keturunan betawi namun telah meninggal dunia atau mirip dengan salah satu pelukis terkenal di Indonesia pak Tino Sidin. Tapi berkat nama ini gua jadi gampang diinget orang dan nama gua ini langka dan unik karna jarang yang punya nama ini.

Akhirnya, suatu waktu gua nanya ama mama sama bapak, kenapa gua dikasih nama Tino Karno. Jadi kata mereka yang ngasih nama gua adalah bapak. Konon ceritanya, dulu waktu kecil bapak gua sering dipanggil Tino Karno sama temen-temenya, mungkin dulu muka bapak gua mirip kali ya. Namun, terkadang gua bertanya-tanya kenapa nama gua gak ada marga Silaban-nya atau nama bataknya. Sebenarnya nama asli gua adalah Tino Karno Hatoguan Silaban. Tapi kata mama, dulu pas kami pindah ke Jakarta mau ngurus akte kelahiran dan semacamnya agak susah kalo ada marganya dan lagian kata saudara yang sudah lama katanya biar gampang dapat kerja. Dan ijazah dari SD sampe SMA dan KTP semuanya cuman pake nama Tino Karno, jadi udah susah mau ngerubahnya lagi. 

Dan akhirnya dari situ gua tau sejarah nama gua. Kata orang, nama besar bisa membuat orang itu besar. Tapi menurut gua, kita sendirilah yang membuat nama kita besar. Gua bangga sama nama gua  dan kalian juga harus bangga sama nama kalian.

Awet Muda??

Ceritanya waktu itu gua lagi di tempat pangkas rambut. Disana ternyata banyak yg lagi ngantri, maklum musim ujian gini banyak mahasiswa yg potong rambut takut kena razia sekre. Nah, kebetulan di tempat pangkas rambut ini ada korannya jadi mending baca aja dulu daripada bengong gak jelas. Gua cukup tertarik sama salah satu cerita humor di kolom koran ini. Dimana ceritanya cukup lucu tapi mengena.

Jadi disitu diceritain ada seorang pemuda lagi berjalan-jalan di taman kota. Disana dia menikmati suasana taman tersebut tapi tiba-tiba dia penasaran sama seorang kakek yg sedang duduk santai di  bangku taman. Karena penasaran dia menghampiri si kakek lalu bertanya sama si kakek.

Pemuda   : kek, boleh nanya gak?
Si kakek  : iya, kenapa yah?
Pemuda   : saya salut sama kakek, walau tua tapi masih kelihatan bugar. Boleh tau kiat-kiatnya gak kek?
Si kakek  : ahahaha, itu mah gampang. Tiap malam saya selalu begadang lalu minum kopi terus. Saya selalu ngerokok dan minum-minuman keras.
Pemuda   : hah?? yg benar aja? Kalo boleh tau memang umur kakek sekarang berapa?
Si kakek  : kalo umur saya sekarang 21 tahun.
Pemuda   : ohh, pantess!!

Pas baca ini pertama, ngakak dalam hatilah. Ternyata karena pola hidupnya yg buat dia kelihatan tua. Jadi, mumpung selagi muda kita cobalah untuk menjaga tubuh kita. Setidaknya buat yg susah berhenti ngerokok, coba kurangi ajalah kuantitas ngerokoknya.